Mereka yang cinta Allah , akan cinta
negara, akan cinta negeri, akan cinta bangsa, akan cinta budaya
sendiri, itulah kata-kata seorang ahli sufi yang saya kenali.
Generasi kini semakin melupakan sejarah bangsa, pada mereka adat
hanyalah satu pertunjukan kebudayaan. Untuk menarik minat generasi
muda khususnya para pelajar kepada sejarah, kita perlu beri kesedaran
kepada mereka bahawa kita mempunyai teknologi yang lebih hebat dari
Eropah sebelum kejatuhan Melaka.
Orang Minangkabau mendirikan kerajaan
Rembau bersama orang Asli dari Suku Jakun yang begitu digeruni
Portugis. Orang Minangkabau membawa bersama senapang yang dipanggil
matchlock, meriam serta keris yang hebat yang diberi nama Guloh
Rembau.
Tapi malang , tiada kajian, penemuan
sehingga saat ini, bagaimana rupa bentuk senapang ini.
Semoga ada usaha kajian dilakukan untuk
menjejaki kembali teknologi anak tempatan yang amat hebat satu ketika
dulu.
Jangan pula sebab artikel ini blog saya
di http://rozmal.blogspot.com
disekat sepertimana blog saya sebelum ini di
http://waghih.blogspot.com
The arms manufactured by the Bugis are
in great repute among the Malays ; also those made at Menangkabowe,
particularly the matchlocks and swords ; and those of Rumbowe in the
Peninsula. Rumbowe is celebrated for a particular sort of kris,
called " Guloh Rumbowe." The Malays of Malacca ascribe the
introduc- tion of the kris to the celebrated Hong Tuah, who
flourished in the reign of Mansur Shah
At Menancabo excellent poniards made,
called creeses; best weapons of all the orient. Islands along the
coast of Sumatra, called islands of Menancabo." ARGENSOLA, 1609.
"A vessel loaded with creeses manufactured at Menancabo and a
great quantity of artillery; a species of warlike machine known and
fabricated in Sumatra many years before they were introduced by
Europeans
The Straits Times 18 November 1933 :
“By both the Portuguese and the Dutch, the State of Rembau was
regarded as the principal power in the Malacca hinterland, and both
had many a battle with the “rebellious Menangkabowes” The grave
of a Portuguese soldier killed in one of these skirmishes is a
boundary mark between Malacca and Tampin to this day”.
1 ulasan:
kt thailand ada meriam gergasi buatan melayu langkasuka
Catat Ulasan