Sultan Kedah adalah
merupakan Kolonel Yang Dipertua Rejimen Askar Melayu DiRaja (RAMD).
Sekitar tahun 1976-1977 ayah saya sebagai CO 16 RAMD, semasa itu
terlibat dalam beberapa operasi menggempur pengganas komunis di
sempadan Malaysia-Thailand. Antara operasi yang dilakukan ialah OPS
Cahaya Bena.
Untuk memberi
suntikan semangat kepada anggota tentera serta isteri dan keluarga
anggota tentera pada ketika itu Baginda Sultan Kedah telah melakukan
lawatan rasmi bersama Permaisuri ke Kem Pengkalan Chepa.
Pada ketika itu
ramai anggota tentera kita yang menjadi sasaran jerangkap samar pihak
musuh. Ada yang buta, ada yang kudung tangan, ada yang kudung kaki.
Dalam album arwah ayah saya tersimpan gambar-gambar anggota tentera
tersebut ketika sedang mendapat rawatan di hospital. Ada antara
mereka pada masa itu baru lepas tamat rekrut, umur baru 18 tahun, ada
yang sudah kudung kaki.
Masa tu , tak ada
internet, tak ada facebook, tak ada twitter. Kalau adalah semua ini
pada masa tersebut, pasti banyak operasi akan terganggu terutama oleh
pihak media yang inginkan berita panas.
GEMPUR , WIRA
DAULAT TUANKU
Berapa Lama Batas
Tidak Berhubungan Suami Istri
Sabtu, 23 Juni 2012
Pada zaman khalifah
Umar bin Khatthab Radhiyallaahu ‘Anhu pernah terjadi kisah yang
menggambarkan derita seorang istri yang merindukan sentuhan suaminya,
sementara suaminya sedang tidak berada di sisinya karena tengah
mengemban tugas berjihad di medan perang.
Diriwayatkan suatu
malam Khalifah Umar bin Khatthab Radhiyallaahu ‘Anhu tengah
melakukan perjalanan keliling Madinah yang mana hal demikian sering
dilakukannya semenjak ia menjabat khalifah. Ketika melintasi suatu
rumah yang terkunci, sekonyong-konyong Umar bin Khatthab
Radhiyallaahu ‘Anhu mendengar seorang perempuan Arab berkata :
Malam kian larut
berselimut gulita
Telah sekian lama
kekasih tiada kucumbu
Demi Allah,
sekiranya bukan karena mengingat-Mu
Niscaya ranjang ini
berguncang keras
Namun, duhai Rabbi…
Rasa malu telah
menghalangiku
Dan suamiku itu…
Terhormat lagi mulia
Pantang kendaraannya
dijamah orang
Setelah itu
perempuan itu menghela nafas dalam-dalam seraya berkata “Alangkah
sepinya, betapa lama suamiku meninggalkan diriku…”
Umar pun terpaku
mendengar tuturan perempuan itu lalu ia bergumam “Semoga Allah
merahmatimu.”
Lalu keesokan
harinya Umar membawakan pakaian dan sejumlah uang untuk wanita itu.
Lalu ia mencari tahu perihal suami wanita itu. Menurut informasi yang
diterimanya, suami wanita itu sedang berjihad fi sabilillah di medan
perang, Umar pun menulis surat kepada suami wanita tersebut dan
menyuruhnya pulang.
Selanjutnya Umar
mendatangi putrinya Hafshah dan bertanya “Wahai putriku, berapa
lamakah seorang perempuan tahan berpisah dengan suaminya?”
“Subhaanallah !
Orang seperti engkau bertanya kepada anak sepertiku mengenai masalah
seperti ini?” jawab Hafshah.
“Kalau bukan
karena aku ingin mengatasi persoalan kaum muslimin aku tidak akan
bertanya kepadamu,” kata Umar.
Lalu Hafshah
menjawab, “Bisa sebulan, dua bulan atau tiga bulan. Setelah empat
bulan ia tidak akan mampu lagi bersabar. Riwayat lain menyebutkan
“Lima bulan, enam bulan.”
Maka sejak saat itu,
khalifah Umar bin Khatthab Radhiyallaahu ‘Anhu menetapkan jangka
waktu itu sebagai ukuran lamanya pengiriman pasukan ke medan perang.
(Manaqib Umar Bin Khatthab karya Ibnul Jauzi).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan