KASIH SAYANG

KASIH SAYANG

20130307

Ayah saya bersama YDP Agong , tentera kita yang kudung kaki




Sultan Kedah adalah merupakan Kolonel Yang Dipertua Rejimen Askar Melayu DiRaja (RAMD). Sekitar tahun 1976-1977 ayah saya sebagai CO 16 RAMD, semasa itu terlibat dalam beberapa operasi menggempur pengganas komunis di sempadan Malaysia-Thailand. Antara operasi yang dilakukan ialah OPS Cahaya Bena.

Untuk memberi suntikan semangat kepada anggota tentera serta isteri dan keluarga anggota tentera pada ketika itu Baginda Sultan Kedah telah melakukan lawatan rasmi bersama Permaisuri ke Kem Pengkalan Chepa.

Pada ketika itu ramai anggota tentera kita yang menjadi sasaran jerangkap samar pihak musuh. Ada yang buta, ada yang kudung tangan, ada yang kudung kaki. Dalam album arwah ayah saya tersimpan gambar-gambar anggota tentera tersebut ketika sedang mendapat rawatan di hospital. Ada antara mereka pada masa itu baru lepas tamat rekrut, umur baru 18 tahun, ada yang sudah kudung kaki.

Masa tu , tak ada internet, tak ada facebook, tak ada twitter. Kalau adalah semua ini pada masa tersebut, pasti banyak operasi akan terganggu terutama oleh pihak media yang inginkan berita panas.

GEMPUR , WIRA

DAULAT TUANKU

Berapa Lama Batas Tidak Berhubungan Suami Istri
Sabtu, 23 Juni 2012

Pada zaman khalifah Umar bin Khatthab Radhiyallaahu ‘Anhu pernah terjadi kisah yang menggambarkan derita seorang istri yang merindukan sentuhan suaminya, sementara suaminya sedang tidak berada di sisinya karena tengah mengemban tugas berjihad di medan perang.

Diriwayatkan suatu malam Khalifah Umar bin Khatthab Radhiyallaahu ‘Anhu tengah melakukan perjalanan keliling Madinah yang mana hal demikian sering dilakukannya semenjak ia menjabat khalifah. Ketika melintasi suatu rumah yang terkunci, sekonyong-konyong Umar bin Khatthab Radhiyallaahu ‘Anhu mendengar seorang perempuan Arab berkata :

Malam kian larut berselimut gulita
Telah sekian lama kekasih tiada kucumbu
Demi Allah, sekiranya bukan karena mengingat-Mu
Niscaya ranjang ini berguncang keras
Namun, duhai Rabbi…
Rasa malu telah menghalangiku
Dan suamiku itu…
Terhormat lagi mulia
Pantang kendaraannya dijamah orang

Setelah itu perempuan itu menghela nafas dalam-dalam seraya berkata “Alangkah sepinya, betapa lama suamiku meninggalkan diriku…”

Umar pun terpaku mendengar tuturan perempuan itu lalu ia bergumam “Semoga Allah merahmatimu.”

Lalu keesokan harinya Umar membawakan pakaian dan sejumlah uang untuk wanita itu. Lalu ia mencari tahu perihal suami wanita itu. Menurut informasi yang diterimanya, suami wanita itu sedang berjihad fi sabilillah di medan perang, Umar pun menulis surat kepada suami wanita tersebut dan menyuruhnya pulang.

Selanjutnya Umar mendatangi putrinya Hafshah dan bertanya “Wahai putriku, berapa lamakah seorang perempuan tahan berpisah dengan suaminya?”

“Subhaanallah ! Orang seperti engkau bertanya kepada anak sepertiku mengenai masalah seperti ini?” jawab Hafshah.

“Kalau bukan karena aku ingin mengatasi persoalan kaum muslimin aku tidak akan bertanya kepadamu,” kata Umar.

Lalu Hafshah menjawab, “Bisa sebulan, dua bulan atau tiga bulan. Setelah empat bulan ia tidak akan mampu lagi bersabar. Riwayat lain menyebutkan “Lima bulan, enam bulan.”

Maka sejak saat itu, khalifah Umar bin Khatthab Radhiyallaahu ‘Anhu menetapkan jangka waktu itu sebagai ukuran lamanya pengiriman pasukan ke medan perang. (Manaqib Umar Bin Khatthab karya Ibnul Jauzi).

Tiada ulasan: